Abdurrahman Mohammad Fachir - Wakil Menlu Indonesia Ke-6
Sebelumnya, Fachir pernah bertugas sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia di Republik Arab Mesir (2007-2011), Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (2011-2014) dan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia di Kerajaan Arab Saudi (Maret-Oktober) 2014.
Nama Abdurrahman Mohammad Fachir berasal dari bahasa Arab. Abdurrahman عبد الرحمن berarti hamba Allah Yang Maha Rahman (Pengasih), Mohammad محمد berarti yang terpuji atau mendapat pujian, dan Fachir فاخر berarti yg hebat (excellent dan superior).
Dengan demikian, nama Abdurrahman Mohammad Fachir artinya hamba Allah yang terpuji dan hebat.
Pendidikan
Fachir menyelesaikan pendidikan dasarnya di Banjarmasin, dulu pada tahun 1972 ia berangkat ke Pulau Jawa untuk mengenyam pendidikan tingkat menengah di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar dan Pondok Modern Darussalam Gontor. Tahun 1978, ia bertolak menuju ibukota negara guna melanjutkan kuliah di Fakultas Sastra dan Bahasa Arab IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Selama kuliah di "Kampus Pembaharu" yang beralamat di Ciputat, ia pernah mengikuti pertukaran pemuda ASEAN-Jepang (Nippon Maru) 1978.
Fachir termasuk salah sesuatu pemain band kampus. Ia dikenal sebagai seniman. Ia juga aktif berorganisasi di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ia pernah menjabat Ketua LSMI (Forum Seni Mahasiswa Islam) ketika Azyumardi Azra menjadi Ketua Umum HMI Cabang Ciputat periode 1981-1982.
Fachir diwisuda sebagai sarjana bergelar doctorandus (Drs) pada bulan Agustus 1983, setelah dinyatakan lulus dalam ujian skripsi. Judul skripsinya adalah “Taatstsur al-Natsr al-Hadits bi al-Harakat al-Wathoniyyah fi Mishra” (Terpengaruhnya Prosa Modern oleh Gerakan Nasionalisme di Mesir), yg disusun dalam bahasa Arab.
Pernikahan
Fachir menikah pada tanggal 7 Januari 1983 dengan Yasmin Sukmawira (lahir di Samarinda, 13 November 1958) dan sudah dikaruniai tiga anak, merupakan:
- Rif'at Syauqi Rahman Fachir (Ifa), lahir bulan Oktober 1983, mantan pemain keyboard Band Maliq & D'Essentials
- Nabila Fauzia Rahman Fachir (Ila), lahir tahun 1988
- Faris Karami Rahman Fachir (Ais), lahir tahun 1994
Karier diplomat
Pada bulan November 1983, Fachir diterima sebagai PNS di Kementerian Luar Negeri. Ia memulai karier di kementerian yg saat itu dipimpin oleh Prof. Dr. Mochtar Kusuma Atmadja, SH sebagai Pjs. Kepala Seksi Dewan Keamanan PBB Direktorat Organisasi Internasional pada tahun 1985.
Tahun 1988 Fachir ditugaskan di KBRI Baghdad sampai tahun 1992, ketika-ketika terjadinya invasi Irak terhadap Kuwait yg kemudian menyulut Perang Teluk I. Dalam peperangan yg berkecamuk, Fachir bersama para staf KBRI Baghdad harus mengungsikan ratusan WNI, sebagian besar TKW, keluar dari Baghdad menuju Yordania. "Itulah kali pertama aku sebagai diplomat harus menyelamatkan para WNI ke Tanah Air. Tidak saja di Baghdad, namun juga mereka yg berada di Kuwait City. Perjalanan harus lewat darat sejauh ratusan kilometer untuk setiap kali misi dan ini berlangsung dalam dua kali misi. Bahkan, mobil kita pernah kena tembak. Tapi Alhamdulillah selamat," kenang Fachir.
Sepulang dari negeri Saddam Hussein, Fachir dahulu diperbantukan pada Badan Pelaksana Ketua Gerakan Non Blok (GNB) ketika Indonesia memimpin GNB (1992-1995) dan kemudian menempati pos di Perutusan Tetap RI untuk PBB di New York sebagai Penanggung jawab Satuan Tugas GNB pada tahun 1995-1999. Fachir kemudian ditunjuk sebagai Kepala Subdit Politik dan Keamanan, Direktorat Organisasi Internasional Kementerian Luar Negeri, sekaligus menjabat sebagai Sekretaris Panitia Kerja Tetap Antar Departemen pada tahun 1999-2002 . Setelah itu, ia dipercaya sebagai Kepala Biro Naskah dan Penerjemahan Sekretariat Negara sekaligus sebagai Penerjemah Resmi Presiden Megawati Soekarnoputri tahun 2002-2004.
Tahun 2004 Fachir diangkat menjadi Wakil Kepala Perwakilan di Malaysia, dan menjadi Kuasa Usaha Ad Interim semenjak berakhirnya masa jabatan Duta Besar Rusdiharjo, pada Februari 2007. Meskipun hanya kurang satu tahun menjabat Kuasa Usaha Ad Interim di Malaysia, ia sudah banyak melakukan perubahan. Antara yang lain, pengurusan paspor tidak mampu lagi melalui agen. Yang bersangkutan harus mengurus segera. Peran Satgas Konservasi dan Pelayanan WNI di KBRI Kuala Lumpur juga sangat dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Begitu banyak masalah yang berhasil ditangani, walaupun masih ada yang sedikit tercecer.
Duta Besar di Mesir
Fachir dilantik oleh Kepala Negara Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Duta Besar di Mesir pada tanggal 5 September 2007 bersama dengan Marty Natalegawa buat posisi duta besar di PBB. Ia datang di negeri Piramida tanggal 30 Oktober 2007 dan tercatat sebagai duta besar ke-18 menggantikan Prof. Dr. Bachtiar Aly, MA yang habis masa tugasnya 30 November 2005.
Bidang pendidikan
“Ini duta besar baru dan ini baru duta besar,” demikian puji Ketua Generik Pengurus Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Din Syamsuddin kepada Duta Besar Fachir atas keberhasilannya menyelenggarakan lokakarya bertemakan “Dukungan Terhadap Peningkatan Prestasi Mahasiswa Indonesia di Mesir”. Fachir dipuji di hadapan Menteri Agama Maftuch Basyuni, Ketua Komisi X DPR Irwan Prayitno, Ketua Generik PBNU Hasyim Muzadi, Presidium ICMI Marwah Daud Ibrahim dan lebih dari 1.500 mahasiswa yg memadati Azhar Conference Centre (ACC), tempat diselenggarakannya lokakarya, 12-13 April 2008.
“Mahasiswa kita itu 'kan aset bangsa. Ad interim yg namanya Al-Azhar itu warisan keilmuannya luar biasa. Namun mengapa banyak mahasiswa Indonesia di Mesir yang mengalami hambatan dalam belajar, sehingga lebih dari separoh terlambat menyelesaikan studinya dan tak bisa mengoptimalkan kebesaran Al-Azhar,” jelas Fachir tentang alasan diselenggarakannya lokakarya.
Berkat lokakarya tersebut, kini tingkat keberhasilan studi mahasiswa Indonesia di Mesir sudah meningkat secara menggembirakan. Pada awal kedatangan Fachir tahun 2007, 59 % dari sekitar 6.000 mahasiswa gagal dalam studinya. Angka tersebut membaik pada tahun 2008 dengan 67 % mahasiswa berhasil dalam studinya. Angka terakhir pada tahun 2010 menunjukkan 75 % berhasil dalam pembelajarannya di Mesir.
Syeikh Al-Azhar Ahmed Tayeb saat menerima kunjungan pamitan Fachir, sempat berkelakar bahwa jika 75 % kelulusan mahasiswa Indonesia bisa dicapai selama kepemimpinan Fachir yang cuma 3,5 tahun, maka seandainya Fachir bertugas selama 5 tahun Insyaallah kelulusan bisa mencapai 100 %.
Masih di bidang pendidikan, Fachir meninggalkan kenang-kenangan kepada Al-Azhar berupa sistem pendataan mahasiswa Indonesia yg diberi nama SIMADU “Sistem Informasi Terpadu” dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa arab. Sistem ini dapat digunakan oleh Al-Azhar untuk mengecek data mahasiswa Indonesia di Mesir.
Selain itu, Fachir telah menggagas berdirinya asrama bagi mahasiswa. Tentu ini merupakan peninggalan yg baik yang mulai terus dikenang oleh mahasiswa generasi selanjutnya. Ia sudah menghimpun dana sebesar 14 miliar asal dari Pemerintah Indonesia baik pusat maupun propinsi, dan telah diserahkan ke pihak Al-Azhar. Diharapkan keberadaan asrama itu dapat mendukung kesuksesan studi mahasiswa Indonesia di Mesir.
Gagasan Fachir itu dilanjutkan Duta Besar berikutnya, Nurfaizi Suwandi, yg akan bertugas sejak akhir bulan Januari 2012. Pada tanggal 6 Februari 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meletakkan batu pertama pembangunan asrama yang terdiri dari 4 bangunan seluas 1.200 m2 dengan 324 kamar. Bertempat di komplek asrama Al-Azhar, peletakan batu pertama itu disaksikan oleh Wakil Syaikh Al-Azhar Syaikh Abdu Tawab Qutub, Wakil Rektor Farid Hamada, Wakil Menteri Agama RI Nasaruddin Umar, para pejabat KBRI Cairo dan sejumlah mahasiswa di Kairo.
Sebagai wujud dukungan atas pembangunan asrama tersebut, pada tanggal 25 Februari 2014, Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (Dewan Perwakilan Rakyat) dan Pemerintah menyepakati usulan dana hibah sebesar 2,94 juta dolar AS.
Bidang politik
Interaksi Indonesia dan Mesir di bidang politik selama Fachir menjadi duta besar, tampak mesra dan harmonis. Di berbagai kesempatan, Fachir yang fasih berbahasa Arab dan Inggris selalu mengatakan bahwa Mesir adalah saudara dan sahabat Indonesia, karena Mesir adalah negara pertama di dunia yg mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia.
Di samping karena pengakuan Mesir itu, faktor yang lain yg memicu keakraban Indonesia dan Mesir adalah Gerakan Non Blok yg didirikan oleh Kepala Negara Soekarno dan Kepala Negara Gamal Abdel Nasser bersama Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dan Kepala Negara Yugoslavia Josip Broz Tito. Oleh karena itu, saat terjadi krisis politik di Mesir Januari-Februari 2011, Indonesia tak berada dalam posisi melakukan intervensi, kecuali mendorong agar ada solusi yg tepat dan bijak sesuai dengan kepentingan atau manfaat bangsa Mesir sendiri.
Begitu Presiden Mubarak mengundurkan diri, Indonesia berada di samping Mesir untuk membangun negara demokasi. Indonesia pernah diminta Mesir untuk berbagi pengalaman dalam melewati masa transisi demokrasi, karena Indonesia dipandang memiliki pengalaman sukses. Pada tanggal 5-6 Juni 2011, Prof Dr. Ing. B.J. Habibie, (Kepala Negara Indonesia 1998-1999) dan Prof. Dr. Amien Rais (Ketua MPR 1999-2004) diundang ke Kairo bagi berbicara pada Forum Internasional bertajuk "Pathways on Democratic Transitions - International Experiences and Lessons Learned”, yang disponsori United Nations National Development.
Bidang perdagangan
Selama Fachir menjadi Duta Besar di Mesir, kerja sama perdagangan Indonesia dan Mesir mengalami peningkatan yg pesat. Pada tahun 2006, angka perdagangan kedua negara masih tercatat pada kisaran US$ 500 juta. Angka tersebut naik menjadi dua kali lipatnya hanya dalam tempo dua tahun, yaitu pada 2008 menjadi US$ 1 miliar, menjadikan Mesir sebagai pasar non-tradisional terbesar Indonesia. Pada tahun 2010 saat perdagangan kedua negara terpengaruh krisis ekonomi global, angka perdagangan masih berada pada posisi US$ 1 miliar, di mana 80% yaitu surplus bagi Indonesia.
Investasi Indonesia di Mesir mulai selalu berlanjut karena pasar Mesir merupakan pasar penarik investasi terpenting mengingat banyaknya potensi dan kesempatan. Investasi Indonesia di Mesir terfokuskan di 3 sektor utama: merupakan industri tenun, gelas dan produksi pangan. Saat ini, Indonesia memiliki tiga perusahaan yg beroperasi di Mesir dengan nilai investasi tidak kurang dari US$ 250 juta.
Bidang sosial dan budaya
Di bidang sosial budaya, Pusat Kebudayaan dan Informasi Indonesia (PUSKIN) berhasil meningkatkan jumlah peserta kursus bahasa Indonesia untuk warga Mesir, dari tahun ke tahun. Fachir melihat peran penting warga Mesir yang dapat berbahasa Indonesia dalam merevitaliasai hubungan Indonesia dan Mesir, khususnya dari kalangan pemuda yg akan menjadi penentu masa depan Mesir. Semakin luasnya penguasaan bahasa Indonesia di kalangan pemuda Mesir akan sangat menunjang aktualisasi potensi kerja sama Indonesia dan Mesir yg bersifat komplementer.
Siswa-siswi PUSKIN yang berlatar belakang beragam profesi, seperti pengacara, usahawan, agen perjalanan, mahasiswa dan yang lain-lain dengan kemampuan bahasa Indonesianya mampu didayagunakan oleh pemangku kepentingan di Mesir dan di Indonesia bagi menopang upaya revitalisasi hubungan bilateral kedua negara, di bidang ekonomi dan perdagangan, sosial-bidaya serta berbagai bidang lainnya.
Selain bidang-bidang tersebut di atas, Fachir berhasil menerbitkan buku Potret Interaksi Indonesia-Mesir yang sangat fenomenal dalam bahasa Indonesia dan Arab. Buku itu memotret hubungan Indonesia-Mesir sejak dahulu kala sebelum kemerdekaan sampai tahun 2009. Buku versi bahasa Indonesia diberi kata pengantar Menteri Luar Negeri (ketika itu) Hassan Wirajuda, dan versi bahasa Arab diberi kata pengantar Menteri Luar Negeri Mesir Ahmed Aboul Gheit. Secara simbolis, buku versi bahasa Arab tersebut diluncurkan pada peringatan 63 hubungan diplomatik yg dikemas dalam perayaan “Malam Indonesia-Mesir” di tempat pertunjukan termegah di Mesir, Cairo Opera House, tanggal 11 Juni 2010, yang dihadiri lebih dari 1.000 friends of Indonesia yg terdiri dari unsur pemerintahan, akademisi, budayawan dan berbagai kalangan lainnya. Hadir juga, Menteri Kebudayaan Mesir Farouk Hosny dan Menteri Pendidikan Tinggi Mesir Hany Hilal mewakili Pemerintah Mesir, Ketua Lembaga Persahabatan Mesir-Indonesia Said Imarah, Ketua Egyptian-Indonesian Business Council, Mohamed Baraka serta wakil keluarga mantan Sekretaris Jenderal Liga Arab, Azzam Pasha yang berperan dalam upaya perolehan pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Mesir dan negara-negara Timur Tengah.
Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik
Fachir dilantik oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa sebagai Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi pada 25 Oktober 2011. Ia menggantikan Andri Hadi yang sekarang menempati tugas baru sebagai duta besar di Singapura. Ia bertugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang informasi dan diplomasi publik, yang membawahi 4 (empat) direktorat, merupakan Direktorat Informasi dan Media, Direktorat Diplomasi Publik, Direktorat Keamanan Diplomatik dan Direktorat Kerjasama Teknik.
Selama beberapa tahun lima bulan bertugas sebagai Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Fachir sudah berhasil mengkonsolidasikan program kerja sama teknik Indonesia. "Kolaborasi teknis RI lebih terkonsolidasi dan memiliki roadmap yg jelas," puji Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa pada ketika serah terima jabatan Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik (IDP) di Kementerian Luar Negeri, (7/3/2014). Ditambah lagi pengakuan negara-negara di dunia terhadap Bali Democracy Forum yang kini semakin tinggi dan semakin berkembang. "Melalui kerja keras, forum yg dulunya kurang dikenal, menjadi sangat utama baik di kawasan maupun secara global, ini yaitu kontribusi nyata," tambah Menteri Luar Negeri.
Duta Besar di Arab Saudi
Fachir dilantik oleh Kepala Negara Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Duta Besar di Arab Saudi pada tanggal 14 Februari 2014. Ia menggantikan H. Gatot Abdullah Mansyur yg habis masa tugasnya 31 Desember 2013. Fachir dan Gatot Abdullah Mansyur adalah sama-sama diplomat lulusan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Setelah menyelesaikan tugas di Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Fachir tiba di Riyadh tanggal 25 Maret 2014 dengan didampingi istrinya, Yasmin Sukmawira. Tidak perlu menunggu waktu lama, keesokan harinya tanggal 26 Maret 2014 segera dikerjakan serah terima jabatan Kepala Perwakilan RI di Riyadh dari Kuasa Usaha Ad Interim, Eddy Basuki, kepada Fachir.
Pada tanggal 31 Maret 2014, Fachir menyerahkan salinan Credentials kepada Wakil Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdul Aziz yg juga putra Raja Arab Saudi, Abdullah bin Abdul Aziz Al-Saud. Acara tersebut dihadiri oleh beberapa pejabat Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, antara yang lain adalah Direktur Asia, Musthofa Kautsar dan Kepala Urusan Protokol, Azzam bin Abdul Karim Al-Gain.
Dalam kesempatan itu, Fachir menyampaikan bahwa ia telah menerima penugasan bagi mewakili Indonesia dengan misi mempererat hubungan dan mempromosikan kerja sama bilateral. Karena itu, ia sangat mengharapkan dukungan Pemerintah Arab Saudi buat pelaksanaan misi tersebut. Fachir juga mengatakan bahwa hubungan bilateral antara kedua negara, semakin hari semakin meningkat ditandai adanya saling kunjung antarpejabat kedua negara. Di bidang ekonomi dan perdagangan, kerja sama kedua negara juga semakin meningkat dari tahun ke tahun, terutama di bidang perdagangan yang pada tahun 2013 dahulu mencapai sekitar US$ 8 miliar.
Selain itu, Fachir menyinggung hubungan people to people contact yang terjalin dengan baik dan terefleksikan dari kunjungan lebih dari 700.000 Warga Negara Indonesia (WNI) bagi melaksanakan haji dan umroh pada tahun 2013. Terkait dengan keberadaan WNI di Arab Saudi yg berjumlah kurang lebih 1,3 juta jiwa, Fachir mengatakan keyakinannya bahwa keberadaan mereka turut memberikan kontribusi bagi pembangunan di Arab Saudi, dan karena itu ia mengharapkan bantuan pemerintah Arab Saudi bagi bekerja sama dalam rangka mengelola keberadaan WNI tersebut agar bermanfaat untuk kedua belah pihak.
Dalam tanggapannya, Wakil Menteri Luar Negeri Arab Saudi mengatakan selamat tiba dan sepenuhnya akan menolong tugas Fachir dalam melaksanakan misinya. Putra Raja Arab Saudi itu menekankan sifat hubungan persaudaraan yg telah terbina dengan baik antar-kedua negara kiranya mampu benar-benar diterjemahkan dalam kerja sama konkrit di semua bidang. Menurutnya, potensi kedua negara dalam bidang kerja sama ekonomi dan perdagangan perlu benar-benar dijajaki dengan mendorong para pelaku bisnis buat mengkonkritkan kerja sama ekonomi dan pembangunan yang saling menguntungkan.
Pada tanggal 29 Agustus 2014, Fachir menyerahkan Credentials kepada Raja Arab Saudi, Abdullah bin Abdul Aziz Al-Saud. Penyerahan itu dilakukan di Istana Kerajaan di Kota Jeddah. Fachir pada kesempatan itu mengatakan salam dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan harapan kiranya Raja atau Putra Mahkota atau Wakil Putra Mahkota berkenan berkunjung ke Indonesia. Menanggapi hal itu, Raja menjawab, “Insyaallah”.
Bersama Fachir, terdapat 35 duta besar yang lain yg juga menyerahkan Credentials. Seusai prosesi penyerahan Credentials, Raja Abdullah secara khusus meminta agar para duta besar mengatakan pesan kepada para pemimpin negara masing-masing terkait semakin gentingnya bahaya terorisme dan harapan agar lebih meningkatkan kerja sama sehingga benar-benar efektif dalam memeranginya.
Wakil Menteri Luar Negeri
Menurut jadwal, pada hari Minggu, tanggal 26 Oktober 2014 Fachir seharusnya berangkat dari Riyadh menuju Jeddah dulu ke Mekah. Hari itu rencananya ia akan melepas jamaah haji Indonesia gelombang kedua terakhir dari Mekah ke Madinah. Namun secara mendadak ia membatalkan penerbangan karena memperoleh telepon dari protokol Istana yg memberitahukan bahwa ia mulai dilantik sebagai Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia.
Hari Senin, tanggal 27 Oktober 2014 Fachir dilantik oleh Presiden Joko Widodo sebagai Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia bersama Wakil Menteri Keuangan dan 34 Menteri lainnya yang tergabung dalam Kabinet Kerja. (sumber: Wikipedia)
Gabung dalam percakapan