Biografi Amien Rais - Ketua Umum Partai Amanat Nasional Pertama

 Ketua Umum Partai Amanat Nasional Pertama Biografi Amien Rais - Ketua Umum Partai Amanat Nasional Pertama
Prof. Dr. H. Amien Rais
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia ke-11
Masa jabatan: 1999 – 2004

Ketua Umum Partai Amanat Nasional ke-1
Masa jabatan: 1998 – 2005

Ketua Generik Pimpinan Pusat Muhammadiyah ke-12
Masa jabatan:1995 – 2000

Informasi pribadi
  • Lahir: 26 April 1944 (umur 71) Solo, Jawa Tengah
  • Partai politik: PAN
  • Suami/istri: Kusnasriyati Sri Rahayu
  • Anak: Ahmad Hanafi Rais, Hanum Salsabiela Rais, Ahmad Mumtaz Rais, Tasnim Fauzia, Ahmad Baihaqi
Muhammad Amien Rais adalah politikus Indonesia yang pernah menjabat sebagai Ketua MPR periode 1999 - 2004. Jabatan ini dipegangnya sejak ia dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999 pada bulan Oktober 1999.

Namanya mulai mencuat ke kancah perpolitikan Indonesia pada ketika-saat akhir pemerintahan Presiden Soeharto sebagai salah sesuatu orang yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah. Setelah partai-partai politik dihidupkan lagi pada masa pemerintahan Presiden Habibie, Amien Rais ikut mendeklarasikan Partai Amanat Nasional (PAN). Ia menjabat sebagai Ketua Umum PAN dari saat PAN berdiri sampai tahun 2005.

Sebuah majalah pernah menjulukinya sebagai King Maker. Julukan itu merujuk pada besarnya peran Amien Rais dalam menentukan jabatan presiden pada Sidang Umum MPR tahun 1999 dan Sidang Istimewa tahun 2001. Padahal, perolehan suara partainya, PAN, tak sampai 10% dalam pemilu 1999.


Awal karier

Amien Rais lahir di Solo, Jawa Tengah pada 26 April 1944, Amien dibesarkan dalam keluarga aktivis Muhammadiyah. Orangtuanya, aktif di Muhammadiyah cabang Surakarta. Masa belajar Amien banyak dihabiskan di luar negeri. Sejak lulus sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada 1968 dan lulus Sarjana Muda Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta (1969), ia melanglang ke berbagai negara dan baru kembali tahun 1984 dengan menggenggam gelar master (1974) dari Universitas Notre Dame, Indiana, dan gelar doktor ilmu politik dari Universitas Chicago, Illinois, Amerika Serikat.

Kembali ke tanah air, Amien kembali ke kampusnya, Universitas Gadjah Mada sebagai dosen. Ia bergiat pula dalam Muhammadiyah, ICMI, BPPT, dan beberapa organisasi lain. Pada era menjelang keruntuhan Orde Baru, Amien adalah cendekiawan yg berdiri paling depan. Tak heran ia kerap dijuluki Lokomotif Reformasi.


Menjadi Penulis [sumber]

Sepulangnya ke Indonesia, Amien Rais mengepalai Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan yang dinaungi Yayasan Mulia Bangsa Yogyakarta. Lembaga ini mengkaji dan meneliti kebijakan-kebijakan yg diperlukan bagi memperkuat negara. Dengan pengalamannya di banyak negara dan studi politik yang dilakukannya selama bertahun-tahun, Amien Rais memiliki pengetahuan yang sangat luas terutama soal hak asasi manusia dan demokrasi.

Dengan bekal tersebut, Amien Rais tak tinggal diam melihat kebobrokan di dalam negara Indonesia, beliau tidak jarang mengkritik banyak hal dalam pemerintahan. Bersama dengan para tokoh nasional yang lain, beliau mendirikan ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia).

Telah aktif menulis sejak di masa sekolah, suara dan kritik Amien Rais juga diserukan melalui tulisan, salah satunya dengan menjadi penulis tetap di Harian Umum Republika dan menulis sejumlah buku tentang politik dan Islam. Beliau adalah tokoh yg vokal menyerukan pendapat dan terang-terangan mengkritik kebobrokan pemerintahan Orde Baru yg saat itu masih berkuasa. Ketika keadaan perekonomian Indonesia semakin lemah, Amien Rais termasuk tokoh nasional yg menyerukan reformasi total dalam pemerintahan dan menuntut lengsernya presiden Soeharto.


Terjun ke politik

Akhirnya setelah terlibat segera dalam proses reformasi, Amien membentuk Partai Amanat Nasional (PAN) pada 1998 dengan platform nasionalis terbuka. Ketika hasil pemilu 1999 tidak memuaskan buat PAN, Amien masih dapat bermain cantik dengan berhasil menjadi ketua MPR.

Posisinya tersebut membuat peran Amien begitu besar dalam perjalanan politik Indonesia ketika ini. Tahun 1999, Amien urung maju dalam pemilihan presiden. Tahun 2004, ia maju sebagai calon presiden tapi kalah dan cuma meraih kurang dari 15% suara nasional.

Pada 2006 Amien turut mendukung evaluasi kontrak karya terhadap PT. Freeport Indonesia. Setelah terjadi Peristiwa Abepura, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar secara tak langsung menuding Amien Rais dan LSM terlibat dibalik peristiwa ini. Tapi hal ini kemudian dibantah kembali oleh Syamsir Siregar.

Pada Mei 2007, Amien Rais mengakui bahwa semasa kampanye pemilihan umum presiden pada tahun 2004, ia menerima dana non bujeter Departemen Kelautan dan Perikanan dari Menteri Perikanan dan Kelautan, Rokhmin Dahuri sebesar Rp 200 juta. Ia sekaligus menuduh bahwa pasangan calon presiden dan wakil presiden lainnya turut menerima dana dari departemen tersebut, termasuk pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla yg kemudian terpilih sebagai presiden dan wakil presiden.


Kehidupan pribadi

Amien Rais menikah dengan Kusnasriyati Sri Rahayu. Dari pernikahannya, Amien dikaruniai lima orang anak, merupakan Ahmad Hanafi Rais, Hanum Salsabiela Rais, Ahmad Mumtaz Rais, Tasnim Fauzia, dan Ahmad Baihaqi.

Tanggal 8 Oktober 2011 Putra Amien Rais, Ahmad Mumtaz Rais menikah dengan Futri Zulya Safitri, anak dari Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan.


Penembakan di Rumah Pak Rais

Pada tahun 2014,Rumah Amien Rais ditembak oleh Pelaku tak dikenal. Penjaga Amien Rais sedang tidur di Kursi hingga terkejut mendengar suara tembakkan dari Pelaku. Hingga Penjaga Pak Rais melihat pelaku dengan Motor. Ada Peluru yg melubang Mobilnya Amien Rais. Polisi membuat Garisnya. Amien Rais ditelepon oleh Jakarta. Hingga kini Polisi masih menyelidiki terjadinya Tembakan ini.


Sumber:

Posting Komentar

© Suka Sejarah. All rights reserved. Developed by Jago Desain