Suka Sejarah

Raden Mattaher - Pahlawan Nasional Dari Jambi

Raden Mattaher Bin Pangeran Kusen Bin Adi terlahir dengan nama Raden Mohammad Tahir (lahir di dusun Sekamis, Kasau Melintang Pauh, Air Hitam, Batin VI, Jambi, 1871 - meninggal di dusun Muaro Jambi, 10 September 1907) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dari Jambi, dan Pahlawan Nasional Indonesia. Raden Mat Tahir adalah seorang panglima perang Jambi yang sangat terkenal dan ditakuti Belanda. Setelah wafatnya Sultan Thaha Saifuddin pada tahun 1904, komando perlawanan terhadap Belanda di Jambi dilanjutkan oleh Raden Mattaher, yg oleh masyarakat Jambi dikenal sebagai Singo Kumpeh.

Raden Mattaher Bin Pangeran Kusen Bin Adi terlahir dengan nama Raden Mohammad Tahir  Raden Mattaher - Pahlawan Nasional dari Jambi


Biografi

Raden Mat Tahir dilahirkan di dusun Sekamis, Kasau Melintang Pauh, Air Hitam, Batin VI, tahun 1871, nama aslnys ialah Raden Mohammad Tahir. Ibunya adalah kelahiran di Mentawak Air Hitam Pauh, dahulunya adalah daerah tempat berkuasanya Temenggung Merah Mato. Ayahnya Pangeran Kusin wafat di Mekkah.

Menurut Raden Syariefs (1969) di dalam bukunya Riwajat Ringkas Tentang Perdjuangan Pahlawan Djambi Raden Mat Tahir Panglima Sultan Thaha, menyampaikan bahwa Raden Mat Tahir mempunyai dua orang istri antara lain: Siti Esah (Aisah), perempuan keturunan Ratumas Bilis Kumpeh yang berdiam di Merangin, perempuan dalam Sungai Sipintun. Iapun mempunyai dua orang anak, antara yang lain : Raden Buruk, tinggal di Rambutan Temasam; Raden Mataji atau Raden Hamzah tinggal di Jambi; Raden Sulen atau Raden Kusen tinggal di Bogor; Raden Zainal Abidin adalah suami Ratumas Kandi; dan Ratumas Lijah.

Raden Mat Tahir gugur dalam pertempuran melawan Belanda di dusun Muaro Jambi, pada hari Jum’at, waktu subuh, tanggal 10 September 1907. Raden Mat Tahir dimakamkan di komplek pemakaman raja-raja Jambi di tepi Danau Sipin Jambi, Kabupaten Muara Jambi Kecamatan Maro Sebo.

Setelah Raden Mat Tahir meninggal dunia, dua orang putra Raden Mat Tahir mampu ditangkap Belanda melakukan dalam asuhan (masih kecil) yakni Raden Hamzah dan Raden Sulen. Keduanya diserahkan Belanda kepada A. M.Hens, seorang Controleur Muara Tembesi. Tetapi karena controleur itu melakukan cuti ke luar negeri, maka kedua anak itu diserahkan Belanda kepada Demang Ibrahim, yakni Demang Muara Tembesi buat menjaga keselamatannya. Lalu kemudian Demang Ibrahim menyerahkan kedua anak Raden Mat Tahir kepada Residen O,L. Helffrich di Jambi. Oleh Residen O.L.Helffrich kedua anak itu bertempat tinggal di rumah residen, dulu oleh risiden disekolahkan di Olak Kemang dengan biaya ditanggung Belanda. Lalu kedua anak itu oleh Residen O.L.Helffrich dikirim ke Palembang untuk sekolah lebih tinggi. Kemudian pada tahun 1914 kedua anak Raden Mat Tahir itu di kirim oleh Pemerintah Belanda ke Batavia. Sedangkan tiga orang anak Raden Mat Tahir yang belum tertangkap Belanda, diungsikan oleh keluarganya di Malaya (Malaysia).


Perjuangan

Raden Ma Tahir adalah seorang pemuda beranjak dewasa, ia belum memikul suatu jabatan apapun di dalam kerajaan Jambi. Tapi ia telah memamerkan sebagai seorang kesatria, berani, cerdas, dan pandai mengatur strategi.

Pasukan Raden Mat Tahir adalah pasukan bergerak dan menyerang secara tiba-tiba. Oleh karena itu pasukan Raden Mat Tahir tidak menempati suatu tempat tetap. Raden Mattaher menamakan pasukannya sebagai Sabillillah. Sebelum pergi sedang penyerangan atas pasukan Belanda, maka Raden Mat Tahir terlebih dahulu melakukan sholat agar mendapat petunjuk dan ridho Allah.

Saat melawan penjajahan Belanda, Raden Mattaher bertugas sebagai panglima perang yang beroperasi di wilayah Muara Tembesi hingga ke Muara Kumpeh. Dalam berbagai penyerangan, Raden Mattaher dibantu oleh dua panglima yakni, Raden Perang, Raden Ahmad, Raden Kusen dan Raden Pamuk. Dalam pergerakan tersebut, para panglima ini membuat kantong-kantong pertahanan, barisan pertahanan dan barisan perlawanan terhadap penjajah.

Penyerangan yg dilakukan difokuskan terhadap kantong-kantong pertahanan militer Belanda. Selain juga sedang penyergapan terhadap kapal-Perahu perang yg mengangkut personil, amunisi dan obat-obatan. Tak tanggung-tanggung, mereka juga membunuh setiap pimpinan militer Belanda yang tertangkap.

Saat sedang perang gerilya bersama dengan Panglima Tungguk Suto Alus, Raden Mattaher berhasil merampas peti baja punya bea cukai Belanda yang berisi 30 ribu Cap Tongkat, serta dua dokumen penting Belanda lainnya di Bayung Lincir, perbatasan antara Jambi dan Palembang.

Setelah perjungan ini, Raden Mattaher bersama Panglima Ambur Panjang (Raden Pamuk), Panglima Betung Besalai (Raden Seman) dan Tunggul Buto (Raden Perang) menolong pasukannya asal dari Jambi Kecil, Jambi Tulo dan ada yang datang dari Pijoan guna menangkis serang musuh di Tarikan menuju Kumpeh.

Namun sayangnya, beberapa waktu kemudian, Raden Mattaher ini mampu dilumpuhkan oleh Belanda dengan dua tipu muslihat. Dalam penangkapan tersebut, Raden Mattaher berhasil dibunuh oleh Belanda. Ia ditembak mati ketika sedang berada di rumahnya, pada tanggal 7 September 1907, dalam operasi militer Belanda. Namun sebelumnya, Raden Akhmad yg adalah kakak kandung Raden Mattaher, tewas tertembak ketika selesai sholat magrib.

Terkait wafatnya Raden Mattaher, Belanda menyatakan, “Nadat in September 1907 Raden Mattaher, nau van Taha verwant en de meest gevreesde en actieve der gouverne ments tegenstaders, na en rusteloze achtervolging was gesneuveld. Was het verzet gebroken.” Yang kira-kira maksudnya, "Dalam bulan September tahun 1907 Raden Mattaher, keluarga dekat Taha (Sulthan Thaha Saifudin) yg paling di takuti (Belanda) karena aktif gupermend (Pemerintahan Belanda). Setelah dikejar selalu menerus gugurlah dia (Raden Mattaher) dalam pertarungan dengan pasukan Belanda. Dalam hal ini belanda memakai kalimat was gesneuveld, kalimat ini lazimnya Belanda disebut mati dalam pertempuran.

Nama besar Raden Mattaher diabadikan menjadi nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Jambi, beberapa nama jalan, nama lapangan tembak dan nama yayasan di Kota Jambi. Pada tanggal 10 November 2020, Raden Mattaher dianugerahi gelar pahlawan nasional dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.


Sumber: