Biografi Idrus - Sastrawan Angkatan 45

 adalah seorang sastrawan Indonesia yangtermasuk kelompok Sastrawan Angkatan  Biografi Idrus - Sastrawan Angkatan 45Abdullah Idrus adalah seorang sastrawan Indonesia yangtermasuk kelompok Sastrawan Angkatan 45.

Idrus lahir di Padang, Sumatera Barat, pada 21 September 1921. Ia menikah dengan Ratna Suri pada tahun 1946. Mereka dikaruniai enam orang anak, empat putra dan beberapa putri, merupakan Prof. Dr. Ir. Nirwan Idrus, Slamet Riyadi Idrus, Rizal Idrus, Damayanti Idrus, Lanita Idrus, dan Taufik Idrus.


Global Sastra

Saat masih duduk di bangku sekolah menengah, Idrus telah mengenal dunia kesusasteraan, ia sangat rajin membaca karya-karya roman dan novel Eropa yang dijumpainya di perpustakaan sekolah. Ia pun sudah menghasilkan cerpen pada masa itu.

Minatnya pada dunia sastra mendorongnya bagi memilih Balai Pustaka sebagai tempatnya bekerja. Ia berharap dapat menyalurkan minat sastranya di tempat tersebut, membaca dan mendalami karya-karya sastra yang tersedia di sana dan berkenalan dengan para sastrawan terkenal. Keinginannya itu pun terwujud, ia berkenalan dengan H.B. Jassin, Sutan Takdir Alisyahbana, Noer Sutan Iskandar, Anas Makruf, dan lain-yang lain.

Meskipun menolak digolongkan sebagai Sastrawan Angkatan ’45, ia tak mampu memungkiri bahwa sebagian besar karyanya memang membicarakan masalah-masalah pada masa itu. Kekhasan gayanya dalam menulis pada masa itu membuatnya memperoleh tempat terhormat dalam dunia sastra, sebagai Pelopor Angkatan ’45 di bidang prosa, yang dikukuhkan H.B. Jassin dalam bukunya.

Hasratnya yg besar terhadap sastra membuatnya tidak cuma menulis karya sastra, tetapi juga menulis karya-karya ilmiah yg berkenaan dengan sastra, seperti Teknik Mengarang Cerpen dan International Understanding Through the Study of Foreign Literature. Kemampuannya memakai tiga bahasa asing (Belanda, Inggris, dan Jerman) membuatnya berpeluang buat menerjemahkan buku-buku asing. Hasilnya antara yang lain adalah Ta’aruf dengan Anton Chekov, Perkenalan dengan Jaroslov Hask, Perkenalan dengan Luigi Pirandello, dan Perkenalan dengan Guy de Maupassant.

Karena tekanan politik dan sikap permusuhan yang dilancarkan oleh Forum Kebudayaan Rakyat terhadap penulis-penulis yg tidak sepaham dengan mereka, Idrus terpaksa meninggalkan tanah air dan pindah ke Malaysia. Di Malaysia, lepas dari tekanan Lekra, ia terus berkarya. Karyanya saat itu antara yang lain, Dengan Mata Terbuka (1961) dan Hati Nurani Manusia (1963).

Di dalam dunia sastra, kehebatan Idrus diakui khalayak sastra, terutama setelah karyanya Surabaya, Corat-Coret di Bawah Tanah, dan Aki diterbitkan. Ketiga karyanya itu menjadi karya monumental. Setelah ketiga karya itu, memang, pamor Idrus akan menurun. Namun tak berarti ia lantas tak disebut lagi, ia masih tetap eksis dengan menulis kritik, esai, dan hal-hal yg berkenaan dengan sastra di surat kabar, majalah, dan RRI (untuk dibacakan).


Karya

Novel
  • Aki
  • Corat-Coret di Bawah Tanah
  • Dengan Mata Terbuka
  • Hati Nurani Manusia
  • Hikayat Petualang Lima
  • Hikayat Putri Penelope
  • Perempuan dan Kebangsaan
  • Surabaya
Cerita pendek
  • Anak Buta
  • Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
Drama
  • Dokter Bisma
  • Jibaku Aceh
  • Kejahatan Membalas Dendam
  • Keluarga Surono
Karya terjemahan
  • Acoka
  • Cerita Wanita Termulia
  • Dari Penciptaan Kedua
  • Dua Episode Masa Kecil
  • Ibu yg Kukenang
  • Keju
  • Kereta Barah Baja
  • Perkenalan dengan Anton Chekov
  • Ta’aruf dengan Guy de Maupassant
  • Ta’aruf dengan Jaroslov Hask
  • Ta’aruf dengan Luigi Pirandello
  • Roti Kita Sehari-hari

Posting Komentar

© Suka Sejarah. All rights reserved. Developed by Jago Desain