Biografi Afffandi - Pelukis Indonesia Beraliran Ekspresionis

 Pelukis Indonesia Beraliran Ekspresionis Biografi Afffandi - Pelukis Indonesia Beraliran Ekspresionis
Affandi Koesoema adalah seorang pelukis yg dikenal sebagai Maestro Seni Lukis Indonesia, Ia merupakan salah satu pelukis Indonesia yg paling terkenal di dunia internasional, berkat gaya ekspresionisnya dan romantisme yang khas. Pada tahun 1950-an ia banyak mengadakan pameran tunggal di India, Inggris, Eropa, dan Amerika Perkumpulan. Pelukis yg produktif, Affandi telah melukis lebih dari beberapa ribu lukisan.


Pendidikan dan karier

Affandi lahirkan di Cirebon pada tahun 1907. Ia adalah putra dari R. Koesoema, seorang mantri ukur di pabrik gula di Ciledug, Cirebon. Pendidikan formalnya ia selesaikan mulai dari HIS, MULO, dan selanjutnya tamat AMS.

Meski pendidikannya cukup, namun bakat melukisnya mengalahkan disiplin ilmu yang lain dalam kehidupannya, hingga menjadikan namanya terkenal luas.

Pada umur 26 tahun, pada tahun 1933, Affandi menikah dengan Maryati, gadis kelahiran Bogor. Affandi dan Maryati dikaruniai seorang putri yang nantinya akan mewarisi bakat ayahnya sebagai pelukis, yaitu Kartika Affandi.

Sebelum mulai melukis, Affandi pernah menjadi guru dan pernah juga bekerja sebagai tukang sobek karcis dan pembuat gambar reklame bioskop di salah satu gedung bioskop di Bandung. Pekerjaan ini tak lama digeluti karena Affandi lebih tertarik pada bidang seni lukis.


Organisasi

Sekitar tahun 30-an, Affandi bergabung dalam kelompok Lima Bandung, yaitu kelompok lima pelukis Bandung. Mereka itu adalah Hendra Gunawan, Barli, Sudarso, dan Wahdi serta Affandi yg dipercaya menjabat sebagai pimpinan kelompok. Kelompok ini memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan seni rupa di Indonesia. Kelompok ini berbeda dengan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun 1938, melainkan sebuah kelompok belajar bersama dan kerja sama saling menolong sesama pelukis.


Pameran pertama

Pada tahun 1943, Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung Poetera Djakarta yg saat itu melakukan berlangsung pendudukan tentara Jepang di Indonesia. Empat Serangkai—yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas Mansyur—memimpin S3ksi Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakyat) untuk ikut ambil bagian. Dalam S3ksi Kebudayaan Poetera ini Affandi bertindak sebagai tenaga pelaksana dan S. Soedjojono sebagai penanggung jawab, yang langsung mengadakan hubungan dengan Bung Karno.

Ketika republik ini diproklamasikan 1945, banyak pelukis ambil bagian. Gerbong-gerbong kereta dan tembok-tembok ditulisi antara lain "Merdeka atau mati!". Kata-kata itu diambil dari penutup pidato Bung Karno, Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945. Saat itulah, Affandi memperoleh tugas membuat poster. Poster yang merupakan ide Soekarno itu menggambarkan seseorang yang dirantai tapi rantainya telah putus. Yang dijadikan model adalah pelukis Dullah. Kata-kata yang dituliskan di poster itu ("Bung, ayo bung") merupakan usulan dari penyair Chairil Anwar. Sekelompok pelukis siang-malam memperbanyaknya dan dikirim ke daerah-daerah.


Ke India 

Talenta melukis yg menonjol pada diri Affandi pernah menorehkan cerita menarik dalam kehidupannya. Suatu saat, dia pernah mendapat beasiswa untuk kuliah melukis di Santiniketan, India, suatu akademi yang didirikan oleh Rabindranath Tagore. Ketika telah datang di India, dia ditolak dengan alasan bahwa dia dipandang sudah tak memerlukan pendidikan melukis lagi. Akhirnya biaya beasiswa yang telah diterimanya digunakan buat mengadakan pameran keliling negeri India.


Masuk dunia politik

Sepulang dari India, Eropa, pada tahun lima puluhan, Affandi dicalonkan oleh PKI bagi mewakili orang-orang tidak berpartai dalam pemilihan Konstituante. Dan terpilihlah dia, seperti Prof. Ir. Saloekoe Poerbodiningrat dsb, buat mewakili orang-orang tak berpartai. Dalam sidang konstituante, menurut Basuki Resobowo yang teman pelukis juga, biasanya katanya Affandi cuma diam, kadang-kadang tidur. Tapi ketika sidang komisi, Affandi angkat bicara. Dia masuk komisi Perikemanusiaan (mungkin sekarang HAM) yg dipimpin Wikana, teman dekat Affandi juga sejak sebelum revolusi.

Topik yg diangkat Affandi adalah mengenai perikebinatangan, bukan perikemanusiaan dan dianggap sebagai lelucon pada waktu itu. Affandi merupakan seorang pelukis rendah hati yang masih dekat dengan flora, fauna, dan lingkungan walau hidup di era teknologi. Ketika Affandi mempersoalkan 'Perikebinatangan' tahun 1955, kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup masih sangat rendah.

Affandi juga termasuk pimpinan pusat Lekra (Forum Kebudayaan Rakyat), organisasi kebudayaan terbesar yg dibubarkan oleh rezim Suharto. Dia bagian seni rupa Lembaga Seni Rupa) bersama Basuki Resobowo, Henk Ngantung, dan sebagainya.

Pada tahun enampuluhan, gerakan anti imperialis AS melakukan mengagresi Vietnam cukup gencar. Juga anti kebudayaan AS yang disebut sebagai 'kebudayaan imperialis'. Film-film Amerika, diboikot di negeri ini. Waktu itu Affandi memperoleh undangan buat pameran di gedung USIS Jakarta. Dan Affandi pun, pameran di sana.

Ketika sekelompok pelukis Lekra berkumpul, ada yg mempersoalkan. Mengapa Affandi yg pimpinan Lekra kok pameran di tempat perwakilan agresor itu. Menanggapi persoalan ini, ada yg nyeletuk: "Pak Affandi memang pimpinan Lekra, tetapi dia tak mampu membedakan antara Lekra dengan Lepra!" kata teman itu dengan kalem. Keruan saja seluruh tertawa.

Meski telah melanglangbuana ke berbagai negara, Affandi dikenal sebagai sosok yg sederhana dan suka merendah. Pelukis yg kesukaannya makan nasi dengan tempe bakar ini mempunyai idola yang terbilang tidak lazim. Orang-orang yang lain bila memilih wayang bagi idola, biasanya memilih yang bagus, ganteng, gagah, bijak, seperti; Arjuna, Gatutkaca, Bima, Krisna.

Namun, Affandi memilih Sokrasana yang wajahnya jelek namun sangat sakti. Tokoh wayang itu menurutnya yaitu perwakilan dari dirinya yang jauh dari wajah yg tampan. Meskipun begitu, Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Deparpostel) mengabadikan wajahnya dengan menerbitkan prangko baru seri tokoh seni/artis Indonesia. Menurut Helfy Dirix (cucu tertua Affandi) gambar yang digunakan buat perangko itu adalah lukisan self-portrait Affandi tahun 1974, saat Affandi masih begitu getol dan produktif melukis di museum sekaligus kediamannya di tepi Kali Gajahwong Yogyakarta.


Meninggal dunia

 Affandi meninggal dunia pada 23 Mei 1990. Meski telah tiada, karya-karyanya masih bisa dinikmati di Museum Affandi. Museum yang diresmikan oleh Fuad Hassan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ketika itu dalam sejarahnya sudah pernah dikunjungi oleh Mantan Presiden Soeharto dan Mantan Perdana Menteri Malaysia Dr. Mahathir Mohammad pada Juni 1988 kala keduanya masih berkuasa. Museum ini didirikan tahun 1973 di atas tanah yg menjadi tempat tinggalnya.


Museum Affandi

Museum yg diresmikan oleh Fuad Hassan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu dalam sejarahnya telah pernah dikunjungi oleh Mantan Kepala Negara Soeharto dan Mantan Perdana Menteri Malaysia Dr. Mahathir Mohammad pada Juni 1988 kala keduanya masih berkuasa. Museum ini didirikan tahun 1973 di atas tanah yg menjadi tempat tinggalnya.

Saat ini, terdapat sekitar 1.000-an lebih lukisan di Museum Affandi, dan 300-an di antaranya adalah karya Affandi. Lukisan-lukisan Affandi yg dipajang di galeri I adalah karya restropektif yg punya nilai kesejarahan mulai dari awal kariernya hingga selesai, sehingga tidak dijual.

Sedangkan galeri II adalah lukisan teman-teman Affandi, baik yang masih hidup maupun yg sudah meninggal seperti Basuki Abdullah, Popo Iskandar, Hendra, Rusli, Fajar Sidik, dan yang lain-yang lain. Adapun galeri III berisi lukisan-lukisan keluarga Affandi.

Di dalam galeri III yang selesai dibangun tahun 1997, saat ini terpajang lukisan-lukisan terbaru Kartika Affandi yg dibuat pada tahun 1999. Lukisan itu antara yang lain "Apa yang Harus Kuperbuat" (Januari 99), "Apa Salahku? Mengapa ini Harus Terjadi" (Februari 99), "Tidak Adil" (Juni 99), "Kembali Pada Realita Kehidupan, Semuanya Kuserahkan KepadaNya" (Juli 99), dan lain-yang lain. Ada pula lukisan Maryati, Rukmini Yusuf, serta Juki Affandi.


Google peringati Hari Lahir Affandi ke-110

 Pelukis Indonesia Beraliran Ekspresionis Biografi Afffandi - Pelukis Indonesia Beraliran Ekspresionis
Pada hari Senin 1 Mei 2017 Google menampilkan lukisan Affandi di halaman depannya atau yang disebut Google Doodle. Di halaman Homepagenya, Google menampilkan lukisan berlatar hijau dan seperti dilukis memakai cat minyak bergaya ekpresionis. Jika kursor diarah ke lukisan itu mulai muncul tulisan "Hari Lahir Affandi ke-110". Google melakukan merayakan hari lahir maestro lukis Indonesia.


Pameran
  • Museum of Modern Art (Rio de Janeiro, Brasil, 1966)
  • East-West Center (Honolulu, 1988)
  • Festival of Indonesia (AS, 1990-1992)
  • Gate Foundation (Amsterdam, Belanda, 1993)
  • Singapore Art Museum (1994)
  • Centre for Strategic and International Studies (Jakarta, 1996)
  • Indonesia-Japan Friendship Festival (Morioka, Tokyo, 1997)
  • ASEAN Masterworks (Selangor, Kuala Lumpur, Malaysia, 1997-1998)
  • Pameran keliling di berbagai kota di India.
  • Pameran di Eropa al: London, Amsterdam, Brussels, Paris, Roma
  • Pameran di benua Amerika al: Brasilia, Venezia, São Paulo, Amerika Perkumpulan
  • Pameran di Australia
  • Affandi Alive di Museum Lippo Plaza Jogja

Sumber: Wikipedia

Posting Komentar

© Suka Sejarah. All rights reserved. Developed by Jago Desain