Biografi Solihin G. P. - Kepala Daerah Jawa Barat Ke-10

Profil dan Biodata Letnan Jenderal TNI Purn Biografi Solihin G. P. - Gubernur Jawa Barat Ke-10
Profil dan Biodata Letnan Jenderal TNI Purn. H. Solihin Gautama Purwanegara

Gubernur Jawa Barat ke-10, Masa jabatan: 1970 – 1974

Informasi pribadi
  • Lahir: Solihin Gautama Purwanegara 21 Juli 1926 Tasikmalaya, Jawa Barat, Hindia Belanda
  • Kebangsaan: Indonesia
  • Istri: Maryam Harmain
  • Orangtua: Abdul Gani Poerwanegara (Ayah), Siti Ningrum (Ibu)
  • Profesi: Militer
  • Agama: Islam

Solihin Gautama Purwanegara atau Mang Ihin adalah Gubernur Jawa Barat periode 1970 - 1974. Ia memiliki perhatian yg besar untuk mengatasi rawan pangan di wilayah Indramayu, dengan cara memasyarakatkan padi gogo rancah. Upayanya memamerkan hasil sehingga selalu dikembangkan.

Solihin Gautama Purwanegara lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat 21 Juli 1926 dari pasangan Abdul Gani Poerwanegara (Ayah) dan Siti Ningrum (Ibu). Ia menikah dengan Maryam Harmain, salah satu anaknya bernama Lutfi Solihin. Lahir dalam keluarga bangsawan, beliau dikenal sebagai tokoh yang merakyat. Karier militernya dimulai saat pecah revolusi, sebagai komandan TKR Bogor, kemudian bergabung ke Kodam Siliwangi.


Pendidikan
  • Europeesche Lagere School (ELS).
  • Meer Uitgebreid Lager Oderwijs (MULO).
  • Sekolah Menengah Pertama.
  • Sekolah Menengah Tinggi.
  • Sekolah Staf Komandan Angkatan Darat, 1954.
  • US Army Infantry School, 1957.
  • Sekolah Staf dan Komando TNI AD, 1969.

Jabatan
  • Guru SSKAD, 1954-1956, Bandung
  • Panglima Kodam XIV Hasanuddin, 1965-1968, Makassar
  • Gubernur Akabri Generik dan Darat, 1968-1970, Magelang.
  • Gubernur Jabar, 1970-1975
  • Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan, 1977-1992
  • Anggota DPA, 1992-1997.
  • Anggota MPR, 1998.
  • Pangkat terakhir: Letnan Jenderal, 1978.

Penghargaan
  • Bintang Jasa Pratama
  • Bintang Dharma
  • Bintang Gerilya
  • Bintang Ekapaksi Kelas IV
  • Medali Sewindu Angkatan Perang
  • Satya Lencana Perang Kemerdekaan I
  • Satya Lencana Perang Kemerdekaan II
  • Bintang Kongo
  • Heung In (Korea Selatan)
  • Satya Lencana Kesetiaan XXIV Tahun.

Cerita Unik Solihin G. P. dengan Ali Sadikin

Menjadi gubernur di beberapa wilayah yg berbatasan memang memerlukan kerjasama bagi membangun kawasan. Namun, tidak jarang karenanya justru perselisihan terjadi. Misalnya saja, Gubernur Jawa Barat periode 1970 - 1974, Solihin GP, yg pernah merasa dilecehkan oleh Gubernur jakarta Ali Sadikin. Bagaimana ini bisa terjadi?

Kisah ini berawal saat Mang Ihin, sapaan akrab Solihin, hendak sowan ke Ali Sadikin di Jakarta. Sebagai Gubernur Jawa Barat yg baru, Mang Ihin merasa perlu berkonsultasi dengan Bang Ali, sapaan Ali, tentang bagaimana membangun wilayah. Saat Mang Ihin menjadi Gubernur Jawa Barat pada 1970, Bang Ali sudah empat periode memimpin Jakarta. Prestasi-prestasi Bang Ali membangun Jakarta itulah yg membuat Mang Ihin merasa perlu berkonsultasi dengan kepala daerah ibu kota negara itu.

Nah, pada ketika berbincang-bincang itu Mang Ihin merasa dilecehkan. Dalam 'Cendramata 80 Tahun Solihin GP' diceritakan, Mang Ihin tersinggung karena Bang Ali ingin 'mengambil' wilayah perbatasan yang menurutnya tak bisa diurus oleh Jawa Barat. "Jawa Barat tidak mampu melakukan pembangunan, sedangkan aku didesak oleh masyarakat agar memperluas daerah perbatasan antara jakarta dan Jawa Barat. Untuk itu, agar diikhlaskan saja saya membangun daerah perbatasan itu. Apalagi kan kita sama-sama dilahirkan di Jawa Barat," kata Bang Ali sambil menunjuk peta Kabupaten Bekasi, Tangerang dan sebagian wilayah Kabupaten Bogor.

"Wah ini kurang ajar banget," kata Mang Ihin dalam hati. Meski merasa dilecehkan oleh Bang Ali, Mang Ihin tetap tersenyum. Alih-alih naik pitam, dia justru menyindir balik Bang Ali kenapa dia tidak sekalian saja menyatukan Provinsi jakarta dan Jawa Barat.

"Kalau Bang Ali ahli strategi yang ulung dan hebat, jadikan saja Jawa Barat dan jakarta satu provinsi," sindir Mang Ihin kepada Bang Ali. Tidak jelas, bagaimana selanjutnya kisah saling sindir itu. Namun, yang jelas perbincangan itu membawa kebaikan bagi beberapa provinsi. Baik Mang Ihin, maupun Bang Ali kemudian saling berlomba-lomba buat membangun wilayahnya. Saat itulah, terjadi istilahnya 'perang daerah' atau 'perang wilayah' di perbatasan Jawa Barat dan DKI Jakarta.

Setelah itu, wilayah Jawa Barat tak kalah maju. Industri semen Kaisar dan Tiga Roda dibangun di Bekasi. Kemudian pabrik tekstil di Tangerang. Menyadari cuaca Puncak yang sejuk, Mang Ihin juga membangun tempat rekreasi Taman Safari. Setelah berhasil membangun wilayah perbatasan, Mang Ihin pun mengajak Bang Ali ke Puncak. Dia memperlihatkan bagaimana arus dulu lintas dari Jakarta ke Jawa Barat juga tidak kalah dari arah sebaliknya. Artinya, tiap provinsi sudah milik magnet masing-masing sebagai hasil dari pembangunan. Sungguh persaingan yang positif bagi kemajuan rakyat.


Penyerahan Mesin Huller Kepada Bekas Pejuang Pembantu Logistik

Presiden Soeharto menyerahkan mesin Huller (penggiling padi) kepada Hudori dari desa Cikoneng, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Hudori adalah bekas pejuang yg memberikan makanan kepada pasukan yg dipimpin oleh Gubernur Solihin dan Pangdam Siliwangi, Mayjen. A.J. Witono, dalam perang kemerdekaan.

Hudori kini menjadi petani, dan saat ditemui Kepala Negara dalam kunjungan incognito-nya beberapa waktu dulu, keadaannya sangat menyedihkan. Penyerahan dilakukan melalui Gubernur Jawa Barat, Solichin GP, di Bina Graha hari Rabu, 06 Mei 1970, Ad interim itu sebuah “padi traktor” mulai diserahkan kepada desa Karang Luas Lor, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah melalui Residen Banyumas.


Kisah Petani Jawa Barat tidak Mengenal Presiden Soeharto

Profil dan Biodata Letnan Jenderal TNI Purn Biografi Solihin G. P. - Gubernur Jawa Barat Ke-10Kepala Negara Soeharto memulai kunjungan incognito ke Jawa Barat dan Jawa Tengah tanggal 06 April 1970. Kunjungan yang diadakan bertepatan dengan awal pelaksanaan tahun kedua Pelita I ini, yaitu inspeksi langsung Presiden Soeharto di daerah pedesaan.

Loka-tempat yg ditinjau adalah desa-desa Binong, Subang, Sindang, dan Kertasmaya, semuanya di Provinsi Jawa Barat. Di tempat-tempat tersebut Jenderal Soeharto berdialog dengan para petani, disamping melihat secara segera pembangunan jalan, pengairan dan irigasi di pedesaan Jawa Barat itu. Satu hal yg perlu dicatat, tak sesuatu pejabat pun di setiap tempat yang ia kunjungi, yg mengetahui kehadiran Pak Harto.

Entah dari mana informasinya, keesokan paginya saat Pak Harto sedang berdialog dengan salah seorang petani, muncul Gubernur Jawa Barat Solihin G. P. Sesaat setelah berdialog, petani mempersilahkan rombongan Pak Harto untuk singgah di rumahnya. Setiba di rumah petani, Pak Solihin menanyakan, siapa yang sedang berbicara dengan dirinya itu? Petani menjawab, petugas pertanian. Pak Solihin kemudian menunjukkan gambar Kepala Negara Soeharto yang kebetulan dipasang di dinding rumah petani. Dengan perasaan malu, kikuk dan salah tingkah, petani memohon maaf, karena tak mengenali wajah Presiden Soeharto.


Tim Pemberantasan Korupsi dan Laporan BIMAS

Kepala Negara Soeharto memanggil Gubernur Jawa Barat, Solihin G.P., bagi menghadap dan melaporkan persoalan Bimas di daerahnya tanggal 18 Februari 1970. Solihin sudah melaporkan kepada Presiden bahwa dari jumlah Rp. 5,8 miliar untuk kredit Bimas di Jawa Barat, sudah mampu dikembalikan sebanyak Rp. 4,5 miliar. Sedangkan sisanya yang Rp. 1 miliar lebih itu masih diusut oleh pemerintah daerah Jawa Barat.

Dalam hubungan ini Kepala Negara menginstruksikan agar para pejabat yang terlibat dalam penyalahgunaan uang bimas diajukan ke pengadilan. Keesokan harinya, tanggal 18 Februari 1970 Presiden Soeharto telah memutuskan untuk mempertemukan Team Pemberantasan Korupsi dengan Komisi Empat. (Sumber)

Posting Komentar

© Suka Sejarah. All rights reserved. Developed by Jago Desain