Biografi Mus Mulyadi - Maestro Keroncong Indonesia

Mus Mulyadi adalah penyanyi keroncong Indonesia. Ia bahkan mendapat julukan sebagai si "Buaya Keroncong". Beberapa lagunya yang menjadi hit antara yang lain, "Kota Solo", "Dinda Bestari", "Telomoyo", dan "Jembatan Merah". Ia pernah menjadi anggota Favourite Band. Istrinya juga seorang penyanyi, Helen Sparingga, dan adiknya juga menjadi penyanyi pop & jazz Mus Mujiono di era 1980-an.


Biografi

Mus Mulyadi adalah penyanyi keroncong Indonesia   Biografi Mus Mulyadi - Maestro Keroncong IndonesiaMus Mulyadi lahir di Surabaya, Jawa Timur, 14 Agustus 1945 . Ia menghabiskan masa kecil hingga remajanya di kota itu. Ia adalah anak ketiga dari delapan bersaudara anak dari pasangan Ali Sukarni dan Muslimah. Bakat seninya tumbuh secara otodidak karena pengaruh dalam keluarganya yg memang seniman.

Meskipun ia tak pernah dirancang oleh ayahnya yg berprofesi sebagai pemain Gamelan untuk mengikuti jejaknya, tiga saudaranya memilih berkecimpung dalam bidang seni tarik suara. Dua kakaknya yakni Sumiati berprofesi sebagai penyanyi keroncong di Belanda dan abangnya Mulyono dikenal di Surabaya sebagai penyanyi keroncong. Selain itu adiknya Mus Mujiono pun pada akhirnya terjun ke dunia musik dengan memilih musik jazz dan pop sebagai jalur pilihan kariernya.

Mus Mulyadi menikah pada tahun 1975 dengan Ruth Helen Sparingga seorang penyanyi yg dulu sempat populer pada tahun 1980-an dalam naungan label JK Record. Pernikahan mereka dikaruniai 2 orang anak Irene Patricia (1976) dan Erick Renanda (1978). Keduanya sudah berumah tangga dan bermukim di Australia.

Mus Mulyadi meninggal di Jakarta, 11 April 2019 pada umur 73 tahun. Mus Mulyadi meninggal dunia setelah berjuang melawan sakit gula atau diabetes yg sudah menggerogoti tubuhnya. Penyakit itu bahkan menyebabkan kedua matanya buta. Kedua matanya sama sekali tidak bisa melihat sejak akhir 2009. Musibah itu yaitu komplikasi dari Diabetes yg diidapnya sejak 1984.


Karier

Sebelum terjun sebagai penyanyi, pada masa remajanya di Surabaya ia telah membentuk sebuah band '''Irama Puspita''' dengan personil tiga belas wanita, Ia menjadi pelatih band Irama Puspita selama dua tahun. Tiga dari 13 personil tersebut Ketiganya kemudian diketahui bergabung dengan sebuah band wanita di ibukota yang bernama Dara Puspita. Tak lama kemudian Mus Mulyadi pun membubarkan band asuhannya tersebut.

Pada tahun 1964 Mus bergabung dengan grup band '''Arista Birawa'''. Di grup ini ia pemegang bas dan merangkap sebagai vokalis.

Tahun 1967 bersama tiga rekannya, ia meninggalkan Surabaya dan nekat mencoba mengadu nasib ke Singapura. Atas ajakan temannya Jerry Souisa sebagai pemimpin group, mengajak dua anggota Arista Birawa yakni Mus Mulyadi dan Jeffry Zaenal dan seorang rekannya Arkan buat melakukan tour pertunjukan di Singapura. Setelah mengalami pengalaman pahit manisnya di negeri orang, Mus Mulyadi dan tiga rekannya kembali ke Tanah Air.

Pada tahun 1971 ia rekaman solo di Remaco diiringi kelompok A. Riyanto, Empat Nada Band. A. Riyanto kemudian mengajaknya bergabung dengan band Empat Nada. Oleh A. Riyanto, konsep band 4 Nada sebagai band pengiring tetap yg selama ini dilakoninya di Remaco hendak diubahnya menjadi sebuah band mandiri. Band baru diberi nama Favourite's Group. Anggota awalnya adalah Mus Mulyadi (vokal/Rhythm), dan 4 anggota band 4 Nada : A Riyanto alias Kelik (Keyboard/Vokal), '''Nana Sumarna''' (Bass), '''Eddy Syam''' (Gitar) dan '''M. Sani''' (Drum).

Mus kemudian coba menyanyikan lagu keroncong pop seperti lagu Kr. Dewi Murni. Kasetnya laku keras. Setelah itu, julukan "Buaya Keroncong" pun melekat padanya. Saat show ke luar negeri seperti Belanda atau Amerika, ia dikenal sebagai The King of Keroncong.

Popularitas Mus Mulyadi sebagai penyanyi keroncong memperoleh perhatian dari kalangan insan dunia perfilman nasional pada tahun 1970-an. Film yang pernah ia bintangi diantaranya "Putri Solo" (1974), "Aku Mau Hidup".

Pada akhir tahun 1970-an Mus Mulyadi sempat pula menyanyikan lagu-lagu Dangdut / Lagu Melayu. Ia sempat berduet dengan pedangdut yang berasal Surabaya, Ida Laila. Beberapa lagu duetnya dengan Ida Laila, seperti Suara Hati dan Bunga Dahlia, populer diputar di radio masa itu.

Pada tahun 1978 group band Favourite Group reuni dengan membawakan dua lagu diantaranya: “Satu Kisah Lagi, Saat Yang Terindah, Melody Patah Hati, Kamar Bisu, & Engkau Yang Terakhir”. Lewat album ‘reuni’ mereka ini setelah berpisah sejak tahun 1975, sebagai pengobat rindu ‘menyapa’ para pencinta dan pengamat musik indonesia.

Kemudian mereka kembali hadir tahun 1982, dengan nomor-nomor lainnya, “Nusantara Jaya, Terima Kasih Musik, Bunga Yang Terindah, Hai Pemuda. Grup Favourit akhirnya bubar setelah beberapa Personilnya meninggal dunia. (Sumber: Wikipedia)

Posting Komentar

© Suka Sejarah. All rights reserved. Developed by Jago Desain