Biografi Ibnu Bajjah - Dokter & Filsuf Terhebat Di Masa Keemasan Islam

 atau lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin Yahya bin ash Biografi Ibnu Bajjah - Dokter & Filsuf Terhebat Di Masa Keemasan Islam
Ibnu Bajjah (ابن باجة) atau lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin Yahya bin ash-Shayigh at-Tujibi bin Bajjah (أبو بكر محمد بن يحيى بن الصايغ) adalah seorang astronom, filsuf, musisi, dokter, fisikawan, psikolog, botanis, sastrawan, dan ilmuwan Muslim yang berasal dari daerah Andalusia yang dikenal di Barat dengan nama Latinnya, Avempace. Ia lahir di Zaragoza, tempat yg kini bernama Spanyol, dan meninggal di Fez pada 1138.

Pemikirannya memiliki pengaruh yang jelas pada Ibnu Rushd dan Albertus Magnus. Kebanyakan buku dan tulisannya tidak lengkap (atau teratur baik) karena kematiannya yg cepat. Ia memiliki pengetahuan yg luas pada kedokteran, Matematika, dan Astronomi. Sumbangan utamanya pada filsafat Islam ialah gagasannya pada Fenomenologi Jiwa, namun sayangnya tak lengkap.

Ekspresi yg dicintainya ialah Gharib (غريب) dan Motivahhed (متوح), ekspresi yang diakui dan terkenal dari Gnostik Islam. Ibnu Bajjah menguasai sastra, tata bahasa, dan filsafat kuno. Oleh tokoh-tokoh sezamannya, Ibnu Bajjah disejajarkan dengan al-Syam al-Rais Ibnu Sina.


Perjalanan hidup

Selain menguasai beragam ilmu, Ibnu Bajjah pun dikenal pula sebagai politikus ulung. Kehebatannya dalam berpolitik memperoleh perhatian dari Abu Bakar Ibrahim, kepala daerah Saragosa. Ia pun diangkat sebagai menteri semasa Abu Bakr Ibrahim berkuasa di Saragossa. Setelah itu, Ketika kota Saragossa jatuh ketangan raja alfonso 1 di Aragon ibnu bajjah terpaksa pindah ke kota Seville via Valencia. Di kota ini ia bekerja sebagai seorang dokter. Kemudian dari sini ia pindah ke Granada dan selanjutnya berangkat ke afrika utara, pusat kerajaan dinasti murabith barbar. Setelah itu Ibnu bajjah berangkat pula ke fez, marokko. Di kota ini ia di angkat menjadi wazir oleh Abu bakar yahya ibnu yusuf ibnu tashfin selama 20 tahun. Akhirnya di kota inilah ia menghembuskan napasnya yg terakhir pada bulan ramadhan 533 H/1138 M, menurut dua keterangan kematianya ini karena di racuni oleh temanya, “Ibn zuhr” dokter termasyhur pada zaman itu, yg iri hati terhadap kejeniusanya.


Ajaran Filsafat Ibnu Bajjah

Epistemologi

Manusia mampu berhubungan dan meleburkan diri dengan akal fa’al atas bantuan ilmu dan pertumbuhan kekuasaan insaniah, bila ia sudah bersih dari kerendahan dan keburukan masyarakat. Masyarakat mampu melumpuhkan daya kemampuan berpikir perseorangan dan menghalanginya buat mencapai kesempurnaan.

Pengetahuan yang didapatkan lewat akal, mulai membangun kepribadian seseorang. Akal mendapatkan obyek-obyek pengetahuan yg disebut hal-hal yang mampu diserap dari unsur imajinatif, dan memberikan sejumlah obyek pengetahuan yang lain kepada unsur imajinatif. Hal yang paling mencengangkan pada unsur imajinatif adalah keterhubungan dengan wahyu dan ramalan.

Ibnu Bajjah juga menandaskan bahwa Tuhan memanifestasikan pengetahuan dan perbuatan kepada makhluk-makhlukNya. Metode yang diajukan Ibnu Bajjah adalah perpaduan perasaan dan akal. Dalam persoalan pengetahuan fakta, ia mempergunakan metode rasional-empiris, tapi tentang kebenaran akan keberadaan Tuhan ia mempergunakan filsafat. Kebenaran itu sendiri dapat diperoleh manusia apabila manusia menyendiri (uzlah).

Menurut Ibnu Bajjah akal memiliki beberapa fungsi yaitu memberikan imaji obyek yang mulai diciptakan kepada unsur imajinasi dan memiliki obyek yg dibuat di luar ruh dengan menggerakkan organ-organ tubuh.


Metafisika

Menurut Ibnu bajjah, segalah yg ada (al-maujudat) terbagi beberapa: yg bergerak dan yang tidak bergerak. Yang bergerak adalah jisim (materi) yg sifatnya finite (terbatas). Gerak terjadi dari perbuatan yg menggerakkan terhadap yg di gerakkan. Gerakan ini di gerakkan pula oleh gerakan yg yang lain, yg akhir rentetan gerakan ini di gerakkan oleh penggerak yang tak bergerak; dalam arti penggerak yg tak berubah yang berbeda dengan jisim (materi). Penggerak ini bersifat azali. Gerak jisim mustahil timbul dari subtansinya sendiri sebab ia terbatas. Oleh karena itu, gerakan ini mesti berasal dari gerakan yang infinite (tidak terbatas) yang oleh ibnu bajjah disebut dengan ‘aql.

Kesimpulanya, gerakan alam ini –jism yg terbatas- digerakkan oleh ‘aql (bukan berasal dari subtansi alam sendiri). Sedangkan yg tak bergerak adalah ‘aql, ia menggerakkan alam dan ia sendiri tak bergerak. ‘aql inilah disebut dengan Allah (‘aql, aqil, dan ma’qul) sebagaimana yang dikemukakan oleh al-farabi dan ibnu sina sebelumnya.

Perlu di ketahui bahwa para filosof muslim pada umumnya menyebut Allah itu adalah ‘aql. Argumen yg mereka majukan adalah Allah pencipta dan pengatur alam yg beredar menurut natur rancangan-Nya, mestilah ia memiliki daya berpikir. Kemudian dalam mentauhidkan Allah semutlak-mutlaknya, para filosof muslim menyebut Allah adalah zat yg mempunyai daya berpikir (‘aql), juga berpikir (‘aqil) dan objek pemikiranya sendiri (ma’qul). Keseluruhanya adalah zat-Nya yang Esa.

Sebagaimana Aristoteles, ibnu bajjah juga mendasarkan filsafat metafisikanya pada fisika. Argument adanya Allah adalah dengan adanya gerakan di alam ini. Jadi, Allah adalah azali dan gerakanya adalah bersifat tidak terbatas.

Disinlah letak kelebihan ibnu bajjah walaupun ia berangkat dari filsafat gerak aristoteles, namun ia kembali kepada ajaran islam. Dasar filsafat aristoteles ialah ilmu pengetahuan alam yang tidak mengakui adanya satu di balik alam empiris ini. Kendatipun penggerak pertama berbeda dengan materi, namun ia masih bersifat empiris. Ibnu bajjah sepertinya berupaya mengislamkan argument metafisika aristoteles. Karena itu , menurutnya Allah tak hanya penggerak, tapi ia adalah pencipta dan pengatur alam.


Moral

Ibnu Bajjah mengelompokkan perbuatan manusia kepada perbuatan hewani dan perbuatan manusiawi. Perbuatan hewani adalah perbuatan yg didorong oleh motif naluri atau hal-hal yang lain yg berhubungan dengannya. Sedangkan perbuatan manusiawi adalah perbuatan yang didasarkan akal budi, timbul karena adanya pemikiran yang lurus. Dalam upaya mencari klasifikasi, apakah suatu perbuatan itu bersifat hewani atau manusiawi, perlulah memiliki spekulasi disamping kemauan. Dari sifat spekulasi dan kemauan ini kemudian Ibnu Bajjah membagi kebajikan menjadi dua jenis yakni kebajikan formal dan kebajikan spekulatif. Kebajikan formal yaitu sifat yg dibawa sejak lahir tanpa adanya pengaruh kemauan atau spekulasi. Sedangkan kebajikan spekulatif didasarkan pada kemauan bebas dan spekulasi.

Menurut Ibnu Bajjah, cuma orang yg bekerja di bawah pengaruh pikiran dan keadilan semata-mata, dan tidak ada hubungannya dengan segi hewani padanya, itu saja yg mampu dihargai perbuatannya dan dapat disebut orang langit. Jika segi hewani tunduk kepada ketinggian segi kemanusiaan, maka seseorang menjadi manusia dengan tak ada kekurangannya karena kekurangan ini timbul disebabkan ketundukannya kepada naluri.


Jiwa

Menurut pendapat ibnu bajjah, setiap manusia mempunyai jiwa. Jiwa ini tak mengalami perubahan sebagaimana jasmani. Jiwa adalah penggerak bagi manusia. Jiwa di gerakkan dengan beberapa macam alat: alat-alat jasmaniah dan alat-alat rohaniah. Alat-alat jasmaniah antaranya ada berupa buatan dan ada pula berupa alamiah, seperti kaki dan tangan. Alat-alat alamiah ini lebih dahulu dari alat buatan’ yang di sebut juga oleh ibnu bajjah dengan pendorong naluri (al-harr al-garizi) atau roh insting. Ia terdapat pada setiap makhluk yg berdarah.

Jiwa menurut ibnu bajjah, adalah jauhar rohani, akan kekal setelah mati. Di akhirat jiwalah yg mulai menerima pembalasan, baik balasan kesenangan (surga) maupun balasan siksaan (neraka). Akal, daya berpikir bagi jiwa, adalah satu bagi setiap orang yg berakal. Ia bisa bersatu dengan akal fa’al yang di atasnya dengan jalan ma’rifah filsafat.


Akal dan Ma'rifah

Ibnu bajjah menempatkan akal dalam posisi yg sangat utama. Dengan perantaraan akal, manusia mampu mengetahui satu, termasuk dalam mencapai kebahagiaan dan masalah ilahiyat. Akal menurut ibnu bajjah terdiri dari dua jenis. Akal teoritis dan akal praktis. Akal teoritis di peroleh cuma berdasarkan pemahaman terhadap sesuatu yang kongkret atau abstrak. Sedangkan akal praktis di peroleh melalui penyelidikan (eksperimen) sehingga menemukan ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, pengetahuan yang di peroleh akal ada beberapa macam pula. Yang mampu di pahami , tetapi tidak dapat di hayati; yg mampu dipahami dan mampu pula dihayati.

Berbeda dengan Al-ghazali, menurut ibnu bajjah manusia dapat mencapai puncak ma’rifah dengan akal semata, bukan dengan jalan sufi melalui al-qlb, atau al-zauq. Manusia kata ibnu bajjah, setelah bersih dari sifat kerendahan dan keburukan masyarakat mulai bisa bersatu dengan akal aktif dan saat itulah ia akan memperoleh puncak ma’rifah karena limpahan dari Allah.


Etika Dan Akhlak

Ibnu bajjah membagi perbuatan manusia kepada dua bagian. Bagian pertama, ialah perbuatan yg timbul dari motif naluri dan hal-hal yang lain yg berhubungan denganya, baik dekat atau jauh. Bagian kedua ialah perbuatan yang timbul dari pemikiran yang lurus dan kemauan yg bersih dan tinggi dan bagian ini disebutnya, perbuatan-perbuatan manusia.

Pangkal perbedaan antara kedua bagian tersebut untuk ibnu bajjah bukan perbuatan itu sendiri melainkan motifnya. Untuk menjelaskan kedua jenis perbuatan tersebut, ia mengemukakan seorang yg terantuk dengan batu, kemudian ia luka-luka, dahulu ia melemparkan batu itu. Kalau ia melemparnya karena telah melukainya maka ia adalah perbuatan hewani yg didorong oleh naluri kehewananya yang sudah mendiktekan kepadanya buat memusnahkan setiap masalah yg menganggunya.

Kalau melemparkanya agar batu itu tak mengganggu orang yang lain,bukan karena kepentingan dirinya, atau marahnya tak bersangkut paut dengan pelemparan tersebut, maka perbuatan itu adalah pekerjaan kemanusiaan. Pekerjaan yang terakhir ini saja yg dapat dinilai dalam lapangan akhlak, karena menurut ibnu bajjah cuma orang yang bekerja dibawah pengaruh pikiran dan keadilan semata-mata, dan tidak ada hubunganya dengan segi hewani padanya, itu saja yg dapat dihargai perbuatanya dan mampu di sebut orang langit.

Setiap orang yg hendak menundukkan segi hewani pada dirinya, maka ia tidak lain cuma harus memulai dengan melaksanakan segi kemanusiaanya. Dalam keadaan demikianlah, maka segi hewani pada dirinya tunduk kepada ketinggian segi kemanusiaan, dan seseorang menjadi manusia dengan tidak ada kekuranganya, karena kekurangan ini timbul disebabkan ketundukanya kepada naluri.


Manusia Penyendiri

Filsafat ibnu bajjah yg paling populer ialah manusia penyendiri (al-insan al-munfarid) dalam menjelaskan manusia penyendiri ini, ibnu bajjah terlebih dahulu memaparkan pengertian tadbir al-mutawahhid. Lafal tadbir, adalah bahasa arab, mengandung pengertian yg banyak, namun pengertian yang diinginkan oleh beliau ialah mengatur perbuatan untuk mencapai tujuan yg di inginkan, dengan kata yang lain aturan yang sempurna. Dengan demikian, jika tadbir dimaksudkan pengaturan yang baik bagi mencapai tujuan tertentu,maka tadbir tentu hanya khusus untuk manusia. Sebab pengertian itu ,hanya mampu dikerjakan dengan perantaraan akal,yang akal cuma terdapat pada manusia. Dan juga perbuatan manusia berdasarkan ikhtiar. Hal inilah yg membedakan manusia dari makhluk hewan.

Lebih lanjut ibnu bajjah menjelaskan tentang tadbir bahwa kata ini mencakup pengertian umum dan khusus .tadbir dalam pengertian umum, seperti disebutkan diatas ,adalah segala bentuk perbuatan manusia. Sementara itu tadbir dalam pengertian khusus adalah pengaturan negara dalam pencapaian tertentu. Yakni kebahagian.pada pihak yang lain, filosof pertama spanyol ini menghubungkan istilah tadbir pada Allah swt.maha pengatur, yg disebut al-mutadabbir.ia sudah mengatur alam sedemikian rapi dan teratur tanpa cacat.

Pemakaian kata ini kepada Allah hanya bagi penyerupaan semata. Akan tapi,pendapat ibnu bajjah ini memang ada benarnya.tadbir yg akan dilaksanakan manusia mestinya mencontoh kepada tadbirnya allah swt.terhadap alam semesta.selain itu, tadbir cuma bisa dilaksanakan degan akal dan ikhtiar.pengertian ini tercakup manusia yang memiliki akal dan allah yg dalam filsafat disebut dengan aql.

Adapun yg disebut degan istilah al-mutwahhid ialah manusia penyendiri. Degan kata lain, seorang atau beberapa orang, mereka mengasingkan diri masing-masing secara sendiri-sendiri, tidak berhubungan dengan orang yang lain , mereka harus mengasingkan diri dari sikap dan perbuatan-perbuatan masyarakat yang tak baik. Mereka cukup hanya berhubungan dengan ulama atau ilmuwan, apabila para filosof tak melakukan hal demikian mereka tak akan mungkin berhubungan dengan akal fa’al karena pemikiran mereka akan merosot dan tak pernah mencapai tingkat akal mustafad,yakni akal yg mampu berhubungan dengan akal fa’al. itulah sebabnya beliau menyamakan manusia penyendiri bagaikan tumbuhan. Jika ia tak menyendiri dalam menghadapi kondisi seperti itu ia mulai layu, artinya pemikiran filsafatnya mengalami kemunduran. Jika ini terjadi filosof di maksud tidak mulai pernah mencapai kebahagiaan (sa’adah). Ibnu bajjah dalam filsafatnya ini bisa di kelompokkan ke dalam filosof yang mengutamakan amal untuk mencapai derajat manusia yang sempurna. Pada pihak lain, filsafat manusia penyendiri ibnu bajjah ini cocok dengan zaman modern ini.

Manusia apabila hidup dalam masyarakat yang bergelimang dalam kemaksiatan dan kebobrokan atau dalam masyarakat materialistis harus membatasi pergaulanya dalam masyarakat dan ia cuma berhubungan dengan masyarakat saat memenuhi kebutuhan pokok dalam kehidupannya semata.


Politik

Dari pengertian mutawahhid, banyak orang mengira bahwa ibn bajjah menginginkan supaya seseorang menjauhkan diri dari masyarakat ramai. Tetapi sebenarnya ibn bajjah bermaksud bahwa seorang mutawahhid sekalipun harus senantiasa berhubungan dengan masyarakat. Tetapi hendaklah seseorang itu mampu menguasai diri dan sanggup mengendalikan hawa nafsu, tak terseret ke dalam arus perbuatan rendah masyarakat.dengan perkataan lain ia harus berpusat pada dirinya dan merasa terus bahwa dirinya menjadi contoh ikutan orang yang lain, serta sebagai penyusun perundang-undangan buat masyarakat, bukan malah tenggelam dalam masyarakat itu.

Tindakan-tindakan mulia itu kemungkinan mampu diterapkan di Negara utama.dalam bentuk-bentuk Negara Daerah yg rusak, semua tindakan dilakukan secara terpaksa dan impulsive. karena penduduknya tak bertindak secara rasional, dan sukarela tetapi didorong, misalnya pencaharian kebutuhan hidup, kesenangan pujian, atau kejayaan. Dalam kehidupan rezim yang tidak sempurna ini, dimana aspirasi intelektual dirintangi, maka tindakan seseorang yg terkucil, menarik diri dari pergaulan manusia, didalam Negara semacam ini bagi apolitik.


Tasawuf

Ibnu Bajjah mengagumi Al-Ghazali dan menyatakan bahwa metode Al-Ghazali memampukan orang memperoleh pengetahuan mengenai Tuhan, dan bahwa metode ini didasarkan pada ajaran-ajaran Nabi suci. Sang Sufi menerima cahaya di dalam hatinya.

Ibnu Bajjah menjunjung tinggi para wali Allah (Auliya’ Allah) dan menempatkan mereka di bawah para Nabi. Menurutnya, sebagian orang dikuasai oleh keinginan jasmaniyah belaka, mereka berada di tingkat paling bawah, dan sebagian lagi dikuasai oleh spiritualitas, kelompok ini sangat langka.


Filsafat Ibnu Bajjah Tentang Ilmu Dan Sains

Pandangan filsuf multitalenta ini dipengaruhi oleh ide-ide Al-Farabi. Al-Farabi dan Ibnu Bajjah meletakkan ilmu buat mengatasi seluruh-galanya. Mereka hampir sependapat bahwa akal dan wahyu merupakan satu hakikat yg padu. Upaya buat memisahkan kedua-duanya hanya akan melahirkan sebuah masyarakat dan negara yang pincang. Oleh sebab itu, akal dan wahyu harus menjadi dasar dan asas pembinaan sebuah negara serta masyarakat yg bahagia.

Ibnu Bajjah pun sangat menguasai logika. Menurutnya, satu yang dianggap ada itu sama benar-benar ada atau tak ada bergantung pada yg diyakini ada atau hanyalah suatu kemungkinan. Justru, apa yg diyakini itulah sebenarnya satu kebenaran dan sesuatu kemungkinan itu boleh jadi mungkin benar dan tidak benar.

Kenyataannya, banyak perkara di dunia yg tidak dapat diuraikan memakai logika. Jadi, Ibnu Bajjah belajar ilmu-ilmu yang lain bagi membantunya memahami hal-hal yang berkaitan dengan metafisika, seperti ilmu sains dan fisika.

Ibnu Bajjah juga terkenal dengan ungkapan yg menyebut manusia sebagai ”makhluk sosial”. Pendapat itu dilontarkan jauh sebelum sarjana Barat mencetuskannya. Ia pun sudah menguraikan konsep masyarakat madani dalam tulisannya pada abad ke-11 M. Kehebatannya dalam berbagai ilmu telah membuat banyak kalangan benci dan iri.


Kontribusi Ibnu Bajjah dalam Bidang Sains

Astronomi

Ibnu Bajjah ternyata turut berperan dalam mengembangkan ilmu astronomi Islam. Seorang ilmuwan Yahudi dari Andalusia, Moses Maimonides, menyatakan bahwa Ibnu Bajjah sudah mencetuskan sebuah model planet. ”Saya pernah mendengar Ibnu Bajjah sudah menemukan sebuah sistem yang tidak menyebut terjadinya epicycles. Saya belum pernah mendengar itu dari muridnya,” ungkap Maimonides.

Selain itu, Ibnu Bajjah pun telah mengkritisi pendapat Aristoteles mengenai Meteorologi. Ia bahkan sudah mengungkapkan sendiri teorinya tentang Galaksi Bima Sakti. Ibnu Bajjah menegaskan, Galaksi Bima Sakti sebagai sebuah fenomena luar angkasa yg terjadi di atas bulan dan wilayah sub-bulan.
Pendapatnya itu dicatat dalam Ensiklopedia Filsafat Stanford sebagai berikut: ”Bima Sakti adalah cahaya bintang-bintang yg sangat banyak yang nyaris berdekatan sesuatu dengan yang lainnya. Cahaya kumpulan bintang itu membentuk sebuah ”khayal muttasil” (gambar yg berkelanjutan). Menurut Ibnu Bajjah, ”khayal muttasil” itu sebagai hasil dari pembiasan (refraksi).” Guna mendukung penjelasannya itu, Ibnu Bajjah pun sedang pengamatan terhadap hubungan dua planet, yakni Yupiter dan Mars pada 500 H/1106 M.


Fisika

Dalam bidang fisika Islam, Ibnu Bajjah mengungkapkan hukum gerakan. Prinsip-prinsip yang dikemukakannya itu menjadi dasar untuk pengembangan ilmu mekanik modern. Pemikirannya dalam bidang fisika banyak memengaruhi fisikawan Barat abad pertengahan, seperti Galileo Galilei. Tak heran, jika hukum kecepatan yang dikemukakannya sangat mirip dengan yang dipaparkan Galilei.

Menurut Ibnu Bajjah: Kecepatan = Gaya Mobilitas – Resistensi Materi. Ibnu Bajjah pun adalah fisikawan pertama yang menyampaikan terus ada gaya reaksi buat setiap gaya yg memengaruhi. Ibnu Bajjah pun sangat memengaruhi pemikiran Thomas Aquinas mengenai analisis gerakan. Inilah salah sesuatu bukti betapa peradaban barat banyak terpengaruh dengan sains yang dikembangkan ilmuwan Muslim.


Psikologi

Ibnu Bajjah pun juga sangat berjasa dalam mengembangkan psikologi Islam. Pemikirannya tentang studi psikologi didasarkan pada ilmu fisika. Dalam risalah yg ditulisnya berjudul, Recognition of the Active Intelligence, Ibnu Bajjah menulis inteligensia aktif adalah kemampuan yg paling penting bagi manusia. Dia juga menulis banyak hal tentang sensasi dan imajinasi.

”Pengetahuan tidak mampu diperoleh dengan pikiran sehat saja, tetapi juga dengan inteligensia aktif yg mengatur intelegensia alami,” ungkap Ibnu Bajjah. Ia juga mengupas tentang jiwa. Bahkan, secara khusus Ibnu Bajjah menulis kitab berjudul, Al-Nafs, atau Jiwa. Dia juga membahas tentang kebebasan. Menurut dia, seseorang dikatakan bebas ketika dapat bertindak dan berpikir secara rasional.


Hasil karya Ibnu Bajjah:
  1. Filsafat al-Wada’, berisi mengenai ilmu pengobatan
  2. Tardiyyan, berisi mengenai syair pujian
  3. Kitab an-Nafs, berisi mengenai catatan dan pendahuluan dalam bahasa Arab
  4. Tadbir al-Mutawahhid, rezim satu orang
  5. Risalah-risalah Ibnu Bajjah yg berisi mengenai penjelasan atas risalah-risalah al-Farabi dalam masalah logika.
  6. Majalah al-Majama’ al-Ilm al-Arabi

karya-karya yang disunting oleh Asin Palacis dengan terjemahan bahasa Spanyol dan catatan-catatan yg diperlukan:
  • Kitab al-Nabat, al-Andalus jilid V, 1940
  • Risalah Ittishal al-Aql bil insan, al-Andalus, jilid VII, 1942http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Bajjah
  • Risalah al-Wada’, al-Andalus, jilid VIII, 1943
  • Tadbir al-Mutawahhid, dengan judul el-Regimen del solitario, 1946

DAFTAR PUSTAKA
Nasution Hasimsyah. 2003, Filsafat Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama.
Mustofa. 2009, Filsafat Islam, bandung: pustaka setia.
Zar Sirojuddin. 2004, Filsafat Islam-filosof & filsafatnya, Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Sumber: 

Posting Komentar

© Suka Sejarah. All rights reserved. Developed by Jago Desain