Datuk Patimang - Penyebar Islam Di Kerajaan Luwu (Sulawesi)

Masjid Tua Palopo merupakan masjid peninggalan Kerajaan Luwu yang berlokasi di kota Palopo Datuk Patimang - Penyebar Islam di Kerajaan Luwu (Sulawesi)
Masjid Tua Palopo yaitu masjid peninggalan Kerajaan Luwu yg berlokasi di kota Palopo, Sulawesi Selatan. Masjid ini didirikan oleh Raja Luwu yg bernama Datu Payung Luwu XVI Pati Pasaung Toampanangi Sultan Abdullah Matinroe pada tahun 1604 M.
Datuk Patimang (Lahir Abad 16) yang bernama asli Datuk Sulaiman dan bergelar Khatib Sulung adalah seorang ulama dari Koto Tangah, Minangkabau yang menyebarkan agama Islam ke Kerajaan Luwu, Sulawesi sejak kedatangannya pada tahun 1593 atau penghujung abad ke-16 hingga akhir hayatnya. Dia bersama beberapa orang saudaranya yang juga ulama, yaitu Datuk ri Bandang yg bernama asli Abdul Makmur dengan gelar Khatib Tunggal dan Datuk ri Tiro yang bernama asli Nurdin Ariyani dengan gelar Khatib Bungsu menyebarkan agama Islam ke kerajaan-kerajaan yg ada di Sulawesi Selatan pada masa itu.


Syiar Islam

Mereka menyebarkan agama Islam dengan cara membagi wilayah syiar mereka berdasarkan keahlian yg mereka miliki dan keadaan serta budaya masyarakat Sulawesi Selatan atau Bugis/Makassar saat itu. Datuk Patimang yg ahli mengenai tauhid melakukan syiar Islam di Kerajaan Luwu, sedangkan Datuk ri Bandang yang ahli fikih di Kerajaan Gowa dan Tallo sementara Datuk ri Tiro yang ahli tasawuf di daerah Tiro dan Bulukumba.

Pada awalnya Datuk Patimang dan Datuk ri Bandang melaksanakan syiar Islam di wilayah Kerajaan Luwu, sehingga menjadikan kerajaan itu sebagai kerajaan pertama di Sulawesi Selatan, Tengah dan Tenggara yg menganut agama Islam. Kerajaan Luwu merupakan kerajaan tertua di Sulawesi Selatan dengan wilayah yang meliputi Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur serta Kota Palopo, Tana Toraja, Kolaka (Sulawesi Tenggara) hingga Poso (Sulawesi Tengah).

Seperti umumnya budaya dan tradisi masyarakat nusantara pada masa itu, masyarakat Luwu juga masih menganut kepercayaan animisme/dinamisme yg banyak diwarnai hal-hal mistik dan menyembah dewa-dewa. Namun dengan pendekatan dan metode yg sesuai, syiar Islam yg dilakukan Datuk Patimang dan Datuk ri Bandang mampu diterima Raja Luwu dan masyarakatnya. Bermula dari masuk Islam-nya seorang petinggi kerajaan yang bernama Tandi Pau, dulu berlanjut dengan masuk Islam-nya raja Luwu yg bernama Datu' La Pattiware Daeng Parabung pada 4-5 Februari 1605, beserta semua pejabat istananya setelah melalui dialog yg panjang antara sang ulama dan raja tentang semua aspek agama baru yg dibawa itu. Setelah itu agama Islam-pun dijadikan agama kerajaan dan hukum-hukum yg ada dalam Islam-pun dijadikan sumber hukum untuk kerajaan.


Wafat

Setelah Raja Luwu dan keluarganya beserta seluruh pejabat istana masuk Islam, Datuk Patimang tetap tinggal di Kerajaan Luwu dan meneruskan syiar Islamnya ke rakyat Luwu, Suppa, Soppeng, Wajo dan yang lain-yang lain yang masih banyak belum masuk Islam. Dikemudian hari sang penyebar Islam itu-pun akhirnya wafat dan dimakamkan di Desa Patimang, Luwu.

Sementara itu Datuk ri Bandang pergi dari kerajaan Luwu menuju wilayah yang lain di Sulawesi Selatan dan kemudian menetap di Makassar sambil sedang syiar Islam di Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, dahulu dikemudian hari sang ulama itu-pun akhirnya wafat di wilayah Tallo. Sedangkan Datuk ri Tiro yg ahli tasawuf melakukan syiar Islam di wilayah selatan, yaitu Tiro, Bulukumba, Bantaeng dan Tanete, yang masyarakatnya masih kuat memegang budaya sihir dan mantera-mantera. Khatib Bungsu atau Datuk ri Tiro yang kemudian berhasil mengajak raja Karaeng Tiro masuk Islam dikemudian hari juga wafat dan dimakamkan di Tiro atau sekarang Bontotiro.

Sumber: Wikipedia

Posting Komentar

© Suka Sejarah. All rights reserved. Developed by Jago Desain